PENALARAN
A.
PENGERTIAN PENALARAN
Penalaran menurut Gorys Keraf, penalaran merupakan suatu proses
berpikir yang menghubungkan fakta–fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan yang
logis. Penalaran tidak hanya dapat dilakukan dengan memakai fakta–fakta yang
polos, tetapi penalaran juga dapat menggunakan fakta–fakta yang berbentuk
pendapat atau kesimpulan.
Sebagai mahasiswa, kita dituntut untuk mepunyai
penalaran yang sangat peka terhadap setiap mata kuliah maupun keadaan yang
terjadi disekitarnya.
Sedangkan Penalaran menurut wikipedia : Merupakan proses berpikir yang
bertolak dari pengamatan Indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
B.
PROPOSISI
Penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan
yang logis. Penalaran bukan saja dapat dilakukan dengan mempergunakan
fakta-fakta yang masih berbentuk polos, tetapi dapat juga dilakukan dengan
mempergunakan fakta-fakta yang telah dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang
berbentuk pendapat atau kesimpulan. Sebagai
contoh:
Semua manusia akan mati pada suatu waktu.
Beberapa orang Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah-limpah.
Kota Bandung hancur dalam Perang Dunia Kedua karena bom atom.
Semua gajah telah punah tahun 1980.
Keempat kalimat tersebut merupakan proposisi. Kedua kalimat yang pertama
dapat dibuktikan kebenarannya, dan kedua kalimat terakhir ditolak karena
fakta-fakta yang ada menentang kebenarannya. Namun, keempat kalimat tersebut
tetap merupakan proposisi. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi
Proposisi
Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah
proposisi. Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung proposisi, karena
hanya kalimat semacam itulah yang dapat dibuktikan atau disangkal kebenarannya.
Kalimat-kalimat tanya, perintah, harapan, dan keinginan (desideratif) tidak
pernah mengandung proposisi.
C. INFERENSI DAN IMPLIKASI
Inferensi berasal dari kata Latin inferre yang berarti
menarik kesimpulan. Implikasi juga berasal dari bahasa Latin yaitu dari
kata implicareyang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika,
juga dalam bidang ilmiah lainnya, inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan
dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada. Sedangkan implikasi adalah
rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau
evidensi itu sendiri.
Untuk membuktikan suatu kebenaran, argumentasi mempergunakan
prinsip-prinsip logika sebagai telah dikemukakan diatas. Logika merupakan suatu
cabang ilmu yang berusaha menurunkan kesimpulan-kesimpulan melalui
kaidah-kaidah formal yang absah (valid).
D. WUJUD ENVIDENSI
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi.
Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua
informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh
dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan pernyataan dan penegasan.
Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi, ia hanya sekedar
menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak.
Fakta adalah sesuatu
yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata.
E. CARA MENGUJI DATA
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1.Observasi
2.Kesaksian
3.Autoritas
F. CARA MENGUJI FAKTA
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehinggabenar-benarmemperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi
G. CARA MENILAI AUTORITAS
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan
Sumber: Buku Gorys Keraf
www.wikipedia.org/penalaran
0 komentar:
Posting Komentar